Subulussalam,teropongbarat.co. Seperti air mengalir bagi kandidat Wali dan Wakil Walikota Subulussalam Bintang-Faisal (Bisa) yang dikenal “Sahabat Semua Suku” ini.
Bersama H. Affan Alfian Bintang “Ada keteduhan hati, ada rasa kebersamaan pada potret pemimpin masa depan kota Subulussalam.Terlihat dari senyuman penyambutan Komunitas Masyarakat adat Nias yang disebut Ono Niha.
Kunjungan H. Affan Alfian Bintang Calon Walikota Subulussalam ke Kampong Lae Mbersih,SKPC Kecamatan Penanggalan (22/09/2024) salah satu dari sejarah pentingnya akulturasi budaya secara sosial politik yang mengedepankan kebersamaan untuk ikut serta membangun daerah.
“harapan kami tentunya dengan ‘cinta kasih’ antar sesama” Ujar salah satu tokoh dari Komunitas masyarakat Nias saat mengawali sambutannya di kunjungan H. Affan Alfian Bintang beserta istri Hj. Mariani Harahap.
Terlihat yel-yel sambutan hangat dari komunitas masyarakat Nias kecamatan Penanggalan, hingga mampu memotivasi sejumlah harapan aspirasi masyarakat Nias pada sosok Potret pemimpin masa depan Kota Subulussalam itu, dengan harapan kelak mendapatkan pengayoman, perbaikan kehidupan sosial serta mampu memberdayakan komunitas masyarakat Nias kedepannya baik secara sosial maupun pemberdayaan, peningkatkan ekonomi dengan membangun kebersamaan komunitas ONO NIHA.
Komunitas masyarakat Nias atau Ono Niha di daerah Penanggalan Kota Subulussalam dan sekitarnya sudah ada sejak lama. Belum ada data yang pasti menceritakan sejak kapan persis ada pergerakan komunitas Ono Niha dari Pulau Nias dan tinggal menetap di daerah Kota Subulussalam dan sekitarnya. Dari waktu ke waktu jumlah komunitas Suku Nias ini terus bertambah dan berkembang. Sebagian besar masyarakat Nias yang berada di Kota Subulussalam adalah petani, pedagang dan pekebun.
Seperti masyarakat lainnya, masyarakat Nias yang berada di perantauan mendorong mereka membentuk komunitas sendiri. Komunitas tersebut perlahan-lahan membesar dan menjadi wilayah perkampungan. Budaya dan bahasa Nias juga tetap dipertahankan dan diturunkan ke generasi berikutnya serta berakulturasi budaya dengan budaya lainnya. Mereka menghadirkan adat istiadat di Nias di tempat perantauan yang baru. Kendati begitu, adat dan budaya tersebut sudah disesuaikan dengan budaya daerah dan adat setempat di mana mereka tinggal. Budaya Nias yang dipertahankan tidak sekental ketika masih berada di Pulau Nias. Kemudian sejarah dan cerita tentang Nias pun dituturkan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka sehingga jati diri sebagai orang nias tetap terjaga. Demikian disampaikan Tokoh Muda dari perjalanan Komunitas masyarakat nias di Kota Subulussalam Nobuala Halawa, SH.MH. ///Anton Tin. *”