Oleh: Ninis (Aktivis Muslimah Balikpapan)
“2024 guru sibuk administrasi” menjadi trending topik di salah satu platform sosial media. Pagi mengajar, siang sibuk SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), RHK (Rencana Hasil Kerja) dan PMM (Platform Merdeka Mengajar), malam sibuk webinar, kapan istirahatnya? Setidaknya, hal tersebut yang dikeluhkan oleh para pendidik. Mereka dibebani dengan berbagai tugas administrasi, jadi wajar mereka bertanya “kami pendidik atau petugas administrasi?”. Alhasil siswa dan keluarga di rumah pun terabaikan, sebab mengorbankan tenaga, pikiran dan menyita waktu dalam pengisian administrasi itu.
Mirisnya, kesibukan dalam administrasi itu dalam rangka mengejar sertifikasi yang menjadi bukti dukung untuk diunggah di PMM. Sertifikat tersebut hanya bisa didapatkan guru jika aktif mengikuti pelatihan, seminar, webinar, lokakarya dan lain sebagainya. (www.pojoksatu.id).
Pasalnya, negeri ini dihadapkan fakta rendahnya kualitas pendidikan. Ditambah dengan ribetnya administrasi bagi pendidik yang memperparah keadaan. Alih-alih kualitas generasi membaik dan guru memberikan pengajaran terbaik justru sebaliknya.
Lantas, bagaimana nasib anak didik jika para pendidiknya disibukkan dengan administrasi? Bukankah fokus utama seorang guru adalah mengajar dan bagaimana seharusnya Islam memposisikan seorang guru?
Kebijakan Jauhkan Fokus Pendidik
Dalam sistem kapitalistik hari ini kualitas seorang pendidik ditentukan sebatas lembaran ijazah dan sertifikat. Wajar akhirnya guru dituntut untuk memperbanyak sertifikat sebagai bukti atas kualitas dirinya. Padahal belum tentu yang memiliki banyak sertifikat punya kualitas yang bagus dan itu hanya bentuk formalitas semata.
Satu sisi, guru dituntut untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Namun, disisi lain kebijkan yang dibuat justru menjauhkan fokus guru sebagai pendidik generasi. Kurikulum merdeka belajar yang lahir dari rahim sistem sekuler (menjauhkan agama dari kehidupan) yang hanya berorientasi pada materi yakni prestasi akademik abaikan pembentukkan kepribadian. Sejatinya kurikulum tersebut tidak akan mampu mencetak generasi terbaik dan terbukti gagal mencetak generasi cemerlang.
Memang betul, untuk menyiapkan generasi berkualitas perlu pendidik yang berkualitas. Tapi apakah dengan memberikan tugas-tugas administrasi menjadi solusinya? Alih-alih menjadi generasi berkualitas, justru hak mereka mendapatkan pengajaran terbaik terabaikan. Sebab, fokus pendidik harusnya mengajar menjadi sibuk mengerjakan administrasi.
Terlebih, kesejahteraan guru dalam sistem sekuler pun tidak terjamin padahal sudah mengorbankan tenaga, waktu, pikiran. Meskipun sudah mengumpulkan sertifikasi dan tunjangan jauh dikatakan layak. Belum lagi sarana prasarana dalam mengajar yang juga masih terbatas. Bicara persoalan pendidikan di negeri ini adalah hal yang kompleks bukan hanya dari sisi pendidik yang kurang berkualitas, tapi pondasi untuk membangun sistem pendidikan yakni sekulerisme.
Peran Pendidik dalam Islam
Seorang pendidik di dalam Islam mendapatkan posisi yang mulia, sebab dari seorang guru murid mendapatkan teladan dan disiplin ilmu. Untuk itu, negara wajib memberikan support sistem agar peran guru bisa optimal berjalan. Islam sangat mendukung guru untuk bisa berkualitas, yakni dengan tatanan sistem pendidikan yang berbasis keimanan. Serta menyediakan sarana prasarana guna menunjang dan memudahkan para pendidik dalam mengajar.
Dengan support sistem Islam, pendidik bisa fokus memberikan pengajaran terbaik tanpa dibebani hal-hal yang bersifat administrasi. Selain itu, sekolah tak hanya mencetak anak didik yang mumpuni secara akademik namun juga matang dalam kepribadian. Yakni memiliki kepribadian Islam (pola pikirdan sikap Islam), sehingga lahirlah generasi bertakwa dan cemerlang.
Penghargaan bagi guru pun juga menjadi perhatian negara. Hal tersebut tercatat dalam peradaban Islam di masa Khalifah Umar bin Khattab. Beliau memberikan gaji yang sangat layak dan mencukupi kebutuhan hidup mereka, yaitu sebanyak 15 dinar ( 1 dinar = 4,25 gram emas ) atau sekitar 56 juta dengan harga 1 gram emas saat ini 900.00 per gramnya ).
Oleh karena itu, masalah kualitas pendidikan bukan hanya bergantung pada kualitas guru semata. Namun, juga bergantung pada sistem yang diterapkan oleh negara. Maka, mustahil dapat melahirkan guru dan generasi yang berkualitas, jika sistemnya masih mengadopsi sistem sekuler kapitalis. Karena guru dan pendidik akan benar-benar berkualitas jika sistem Islam diterapkan secara totalitas (kaffah). Wallahu A’lam.